KORANJURI.COM – Mahasiswa semester 5 Prodi PGSD dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMPWR) menggelar kegiatan ‘Gelar Karya PGSD 2024’.
Berlangsung di ruang Auditorium Kasman Singodimedjo kampus setempat, Rabu (11/12/2024), secara seremoni gelar karya dengan Ketua Panitia Titik Anjarini, M.Pd., ini dibuka oleh Rektor UMPWR Dr Teguh Wibowo, M.Pd.
Pada arahannya, Rektor menyampaikan, media-media pembelajaran yang ditampilkan pada Gelar Karya hendaknya ada manfaatnya bagi masyarakat tidak hanya sekedar membuat karya saja.
“Nanti harus dihibahkan dan dilakukan evaluasi,” pesan Rektor.
Dalam gelar karya ini terdapat 28 stand. Mereka ini, merupakan mahasiswa semester 5 Prodi PGSD dari empat kelas yang terbagi menjadi 28 kelompok.
Para peserta menampilkan hasil karya berupa media pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah dasar.
Selama Gelar Karya berlangsung, para pengunjung yang didominasi siswa-siswi SD sekitar UMPWR tampak memadati stand-stand yang ada. Mereka tampak asyik dan menikmati berbagai permainan dari media pembelajaran yang ditampilkan.
Siswa-siswi ini berasal dari beberapa sekolah dasar, diantaranya dari SDN Kliwonan, SDN Pageron, SD Muhammadiyah Kutoarjo, SD Muhammadiyah Bruno, SD Unggulan Aisiyah’ Purworejo, SD Prasetya Bangsa Islamic School dan SDN Kledung Kradenan.
Rintis Rizkia Pangestika, M.Pd., Kaprodi PGSD dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMPWR menjelaskan, bahwa kegiatan Gelar Karya merupakan output dari 6 mata kuliah inovasi pembelajaran SD, yakni matematika, Bahasa Indonesia, PKN, SBdP, IPA dan IPS.
“Jadi outputnya media-media pembelajaran, perangkat pembelajaran, yang mungkin nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat terutama di jenjang SD. Karena kebanyakan permasalahan yang ada di sekolah dasar itu terbatasnya media pembelajaran,” ujar Rintis di sela kegiatan.
Jadi, kata Rintis, dari Prodi PGSD menginisiasi adanya inovasi media pembelajaran yang sekiranya bermanfaat di masyarakat. Menariknya, dengan kegiatan ini animo masyarakat ke PGSD nya makin meningkat.
“Selain itu, media-media pembelajaran yang ada, yang dikreasikan oleh mahasiswa itu memang belum ada di sekolah. Jadi anak-anak merasa senang dengan permainan tersebut,” terang Rintis.
Contohnya ada permainan karambol. Dalam inovasi ini karambol dikreasikan menjadi sarana pembelajaran dimana pada koin-koinnya ada pertanyaan dan ada jawabannya, anak-anak diminta untuk memasangkannya. Ada koin bintangnya sebagai reward dan punishment jika tidak bisa menjawabnya.
Rintis mengungkapkan, masing-masing kelompok menampilkan 6 media pembelajaran yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, tergantung kreatifitas masing-masing. Namun para dosen sudah membagi-bagi, sehingga tidak akan ada materi atau media yang sama.
“Harapannya, semoga kegiatan ini terus berlanjut meski ini kegiatan rutin setiap tahun. Dan media-media pembelajaran tersebut betul-betul ada kebermanfaatan bagi sekolah dasar dan ada outcome nya,” kata Rintis.
Menurutnya, adanya gelar karya ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, dari sisi kreativitas mereka. Jadi saat nanti mereka menjadi guru, sudah tidak kaget lagi ketika harus membuat media pembelajaran karena sudah terbiasa saat di perkuliahan. (Jon)