KORANJURI.COM – Gudep 11.06.06.137/138 SMPN 1 Purworejo menggelar kegiatan Perjusa (Perkemahan Jum’at Sabtu), dari Jum’at (13/09/2024) hingga Sabtu (14/09/2024). Sebanyak 192 siswa kelas 7 dan 24 siswa kelas 8 mengikuti kegiatan ini.
Kegiatan Perjusa dilaksanakan dalam rangka pelantikan Penggalang baru kelas 7 sekaligus pelantikan Dewan Penggalang atau asisten pelatih dari kelas 8. Dalam perkemahan ini, siswa kelas 7 dibagi dalam 18 regu.
Secara seremoni, Perjusa dibuka oleh Kepala SMPN 1 Purworejo Tuwuh Sutrisno S.Pd., M.M.Pd., selaku Kamabigus pada Jum’at pagi (13/09/2024) dengan upacara pembukaan yang ditandai dengan pemukulan gong dan penyematan tanda peserta kepada perwakilan.
“Tujuan perkemahan melatih kemandirian, kerjasama, tanggungjawab, budi pekerti yang luhur, kesederhanaan hidup lewat kegiatan kepanduan,” ujar Tuwuh, Sabtu (14/09/2024).
Kegiatan di hari pertama, kata Tuwuh, usai upacara, ada kegiatan baris berbaris, tekpram, memasak, permainan tradisional, teknologi tepat guna dan api unggun pada malam harinya. Pada api unggun, ada pentas seni.
Setiap regu, baik dari Penggalang maupun Dewan Penggalang menampilkan bakat atau keahlian masing-masing, seperti seni tradisional ndolalak, kuda kepang, puisi, permainan, pencak silat, menyanyi, menari dan lainnya.
“Usai api unggun dilanjutkan dengan pelantikan untuk Penggalang baru dan Dewan Penggalang,” ujar Tuwuh .
Di hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan wide game. Dalam wide game ini, para peserta berjalan sesuai dengan rute yang telah ditentukan. Mereka harus melewati pos-pos tertentu. Setidaknya ada 8 pos dalam wide game ini. Pada setiap pos, peserta harus bisa menjawab semacam pertanyaan yang diberikan dengan soal yang berbeda antara pos yang satu dengan pos lainnya.
“Setelah menjadi penggalang mereka punya tanggung jawab besar untuk ikut membesarkan dan menumbuhkan prestasi di gugus depan SMPN 1 Purworejo,” ujar Tuwuh.
Dia berharap, mudah-mudahan anak-anak yang mengikuti Perjusa bisa mandiri. Setelah 2 hari berpisah dengan orangtua, mereka dituntut kemandirian, tanggung jawab kebersihan, mengatur jadwal pribadi, kerjasama, tanggung jawab dan melatih kedisiplinan, kecerdasan dan mental.
Juga, kata Tuwuh, Perjusa membentukan karakter di saat banyak pengaruh dari lingkungan masyarakat maupun gadget. Menurutnya, ilmu itu gampang. Namun pembentukan karakter tidaklah mudah.
Tuwuh berpesan, bahwa anak-anak ibaratnya batu pertama. Kalau hanya didiamkan tak ada nilainya. Namun jika digosok, diasah dan dihaluskan, akan menjadi sesuatu yang bernilai tinggi.
Begitu juga dengan anak-anak. Menurutnya, kalau tidak diolah, diasah dan tidak dibekali dengan pengetahuan dan teknologi, itu juga tak ada nilainya.
“Mereka ini aset, yang kedepannya menjadi anak-anak yang berguna bagi bangsa negara, tinggi nilainya dibanding sekolah lain,” pungkas Tuwuh. (Jon)