“Salah satu ceritanya begitu. Tapi ada juga yang menyebut kolok di desa Bengkala akibat kutukan seorang patih kerajaan pada masa lalu kepada salah seorang anak raja. Itu semua mewarnai kisah yang ada di Desa Bengkala,” ujar Sukrasada.
Dijelaskan, pada masa kerajaan dulu, ada seorang anak raja dari Desa Bengkala pergi tanpa pamit. Ketika disuruh pulang, ternyata anak raja itu enggan menjawab sehingga petugas yang diutus langsung mengutuk anak itu tidak bisa mendengar dan bercakap-cakap. Tidak itu saja, kutukan juga berlaku bagi keturunannya menjadi bisu dan tuli selamanya.
Yang lebih menyeramkan lagi, penduduk yang telah meninggal diyakini selalu menjadi Hantu Kolok. Malah tidak jarang warga sering melihat penampakan Hantu Kolok yang merupakan arwah gentayangan di desa tersebut.
Kemunculan hantu kolok bisa terjadi pada suatu waktu tertentu atau berkaitan dengan perayaan desa yang selalu diselenggarakan setiap enam bulan sekali.
Pada hari biasa, penampakan hantu kolok umumnya terlihat sekali atau dua kali saja. Tapi pada saat perayaan besar, hantu kolok menurut warga, justru lebih sering terlihat. Pada malam yang sama bisa ada beberapa penampakan di tempat yang berbeda.
“Kalau sudah selesai acara, warga biasanya banyak bercerita ditemui hantu kolok. Itu menjadi cerita yang lumrah di desa kami. Meski kesannya menyeramkan, tapi kami percaya hantu kolok itu yang menjagai desa kami dari segala musibah,” ungkap Sukrada. (Way)
Baca Artikel Lain KORANJURI di GOOGLE NEWS