KORANJURI.COM – Untuk meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan, SMK TI Kartika Cendekia Purworejo menggelar kegiatan IHT (In House Training)
Berlangsung selama dua hari, dari Kamis (30/05/2024) hingga Jum’at (31/05/2024), IHT yang diikuti 27 peserta ini dibuka oleh Pengawas SMK dari Cabdin Pendidikan Wilayah VIII Jateng H. Achmad Chamdani, S.Pd., M.Pd.
Kepala SMK TI Kartika Cendekia Purworejo Agus Setya Ardiyanto, A.Md., menjelaskan, selama dua hari pelaksanaan IHT, berbagai materi disampaikan oleh narasumber.
Materi pertama di hari pertama, Motivasi dan Sosialisasi Kebijakan SMK di Tahun Ajaran Baru disampaikan Pengawas SMK Cabdin Pendidikan Wilayah VIII Jateng H. Achmad Chamdani, S.Pd., M.Pd.
“Materi kedua tentang Membangun Budaya Industri di Sekolah oleh Budiyono, S.Pd., M.Pd., dari YTA (Yayasan Toyota Astra),” terang Agus.
Dilanjutkan dengan pemberian materi tentang Penyelarasan Kurikulum dengan Dunia Industri, untuk konsentrasi keahlian TKJ dari CV ADD Komputer, Yogyakarta dan untuk konsentrasi keahlian DKV dari PT Amazink People Group Semarang.
Hari kedua, Jum’at (31/05/2024) materi tentang Pembuatan Konten PMM oleh Guru Penggerak Bergema BLPT/Narasumber BPB IKM Kemendikbudristek (Sri Agung Guruh Budiawan, S.Pd., guru SMKN 8 Purworejo). Dilanjutkan dengan materi selanjutnya tentang sharing praktik baik, yakni saling berbagi antara setiap guru, mengevaluasi kegiatan pembelajaran di tahun pelajaran 2023/2024.
“Kita evaluasi untuk perbaikan sebelum masuk tahun pelajaran 2024/2025,” ujar Agus di sela kegiatan.
Dengan adanya IHT ini, harapannya kata Agus, kompetensi dari tenaga pendidik atau guru dan tenaga kependidikan di SMK TI Kartika Cendekia Purworejo meningkat, kaitannya dengan kwalitas pembelajaran di sekolah, pendampingan terhadap peserta didik di sekolah agar anak merasa nyaman, tenang dan senang bersama bapak ibu guru dan sekolah menjadi rumah kedua. Nantinya ilmu yang didapat di sekolah bisa dimanfaatkan/diimplementasikan saat anak-anak ada di masyarakat atau industri.
“Untuk tenaga kependidikan atau staf TU, tentunya peningkatan pelayanan terhadap masyarakat, yakni kepada peserta didik, orangtua/wali, dan stakeholder lainnya,” ujar Agus.
Dalam penyampaian materi tentang motivasi guru dalam mengajar, dikatakan oleh Achmad Chamdani, bahwa motivasi yang paling bagus itu dari diri sendiri. Juga masalah kapabilitas guru, dalam hal ini guru harus memiliki kompetensi, meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional dan pedagogik.
Pedagogik ini, menurut Achmad Chamdani, yang paling penting. Di dalam mengajar, guru harus persiapan. Ada kalimat pantang mengajar sebelum belajar. Hal itu dilakukan supaya benar-benar menguasai kompetensi, sehingga apa yang diajarkan sesuai dengan kompetensi di Industri.
“Karena workshop ini akan dilanjut dengan penyelarasan kurikulum antara sekolah dengan industri,” kata Achmad Chamdani.
Tujuan dari penyelarasan ini, sebut Achmad Chamdani, supaya budaya kerja industri dan budaya sekolah bisa sinkron atau kompetensi sekolah dan di industri harus sama/ seimbang.
“Sehingga siswa setelah tamat langsung bekerja tidak kaget, karena sudah ada penyelarasan kurikulum,” ungkap Achmad Chamdani.
Budiyono, narasumber dari YTA menyampaikan tentang sosialisasi bagaimana penerapan budaya industri 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) di sekolah, supaya nanti sekolah juga mengenal budaya-budaya industri yang ada di industri sebenarnya.
“Karena apapun alasannya program SMK itu anak lulus masuk ke dunia industri. Meski arahnya kesana, namun nantinya juga ada yang berwirausaha ataupun melanjutkan. Sehingga siswa/warga sekolah dibekali dengan (minimal) pengetahuan tentang budaya 5R di industri, jadi jika nanti lulus langsung terjun ke dunia industri sudah tak asing lagi,” jelas Budiyono. (Jon)