Dinporapar Purworejo Gelar Talkshow, Cari Solusi Gairahkan Wisata Lokal Berbasis Pentahelix

oleh
Suasana talkshow 'Jagongan Pariwisata' dengan tema 'Pengembangan Pariwisata Berbasis Pentahelix', Kamis (20/11/2025), yang diinisiasi Dinporapar Kabupaten Purworejo - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purworejo menggelar talkshow bertajuk ‘Jagongan Pariwisata’ dengan tema sentral ‘Pengembangan Pariwisata Berbasis Pentahelix’, Kamis (20/11/2025).

Acara ini bertujuan untuk menggairahkan kembali sektor pariwisata Purworejo yang dinilai sedang lesu, dengan mengumpulkan seluruh unsur Pentahelix, yakni Pemerintah, Akademisi, Pelaku Usaha/Bisnis, Media, dan Komunitas serta unsur terkait lainnya.

Kepala Bidang Sumberdaya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinporapar Kabupaten Purworejo, Neira Anjar P, menjelaskan bahwa forum ini menjadi wadah penting untuk bersilaturahmi dan berdiskusi, menggali saran, ide, gagasan, bahkan keluh kesah dari pihak-pihak yang terlibat langsung dalam memajukan pariwisata Purworejo.

“Salah satunya dengan forum seperti ini. Kami perlu menggali bagaimana memperbaiki, memajukan, atau menambah pariwisata menjadi lebih baik,” ujar Neira.

Acara yang berlangsung di RM Satria Bogowonto ini menghadirkan narasumber yang memiliki jam terbang tinggi di bidang pariwisata, yaitu Didik S (Ketua PHRI Purworejo) dan Desy (Ketua Desa Wisata Pandanrejo, Kaligesing). Selain itu, talkshow juga diisi motivasi dari Sri Susilowati, anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Purworejo.

Para narasumber bertugas me-refresh kondisi pariwisataan secara umum dan Purworejo khususnya, memicu unsur Pentahelix lain untuk menyampaikan pendapat dari sudut pandang masing-masing, termasuk potensi wisata baru yang belum terungkap.

Neira mengakui, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam memajukan pariwisata dan sangat membutuhkan dukungan dari pihak lain. Oleh karena itu, output dari kegiatan ini sangat strategis.

“Output dari kegiatan ini, kami punya rekomendasi yang akan diteruskan ke kepala daerah melalui kepala dinas, yang mana yang bisa diambil langkah atau tindakan di 2026 dan pihak lain mana yang kapabel untuk dilibatkan dengan menjadikannya solusi,” terang Neira.

Melihat pergerakan ekonomi nasional, Neira mengakui bahwa dunia pariwisata Purworejo kini sedang mengalami penurunan tingkat belanja wisata. Kondisi ini dimaklumi lantaran masyarakat cenderung menomorsekiankan piknik di tengah kebutuhan pokok, pendidikan, dan kesehatan.

Namun, Neira menekankan pentingnya mengubah mindset masyarakat bahwa wisata atau piknik tidak selalu identik dengan bus besar, jarak jauh, biaya mahal, dan oleh-oleh mewah.

“Padahal sebenarnya kalau mau digerakkan, wisata lokal di Purworejo itu tidak mahal dan tidak begitu memberatkan,” tegasnya.

Jika tempat wisata lokal dikunjungi banyak orang, maka perputaran uang dan pergerakan ekonomi akan terjadi, karena pariwisata tak bisa dilepaskan dari lokasi, atraksi, dan amenitas (kuliner, rest area, dan lainnya).

Salah satu pekerjaan rumah (PR) besar yang disoroti Neira adalah akses menuju ke beberapa destinasi wisata di Purworejo yang dinilai belum cukup menarik orang untuk berkunjung.

Dinporapar sangat mengapresiasi maraknya destinasi wisata baru yang dikelola swasta atau desa wisata, karena dapat mendongkrak perekonomian lokal.

“Namun yang kita dorong, untuk bertahannya. Karena membangun akan lebih mudah daripada mempertahannya. Jika wisata tersebut laku, maka harus selalu berkreasi dan berinovasi agar pengunjung yang datang akan datang lagi dan datang lagi,” pungkas Neira. (Jon)