KORANJURI.COM – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur punya fasilitas baru berupa Convention Center seluas 3.750 m2 yang telah diresmikan, Selasa, 30 Januari 2024.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, KEK Kesehatan Sanur merupakan role model pengembangan KEK di wilayah lain di Indonesia.
Hal itu untuk menciptakan ekosistem pariwisata kesehatan terintegrasi untuk menarik kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara.
“Inovasi penting untuk menciptakan ekosistem pariwisata berkelanjutan. Salah satunya, melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Bali,” kata Erick Thohir di Sanur, Denpasar, Selasa, 30 Januari 2024.
Diproyeksikan KEK Sanur mampu menyerap tenaga kerja mencapai 43 ribu orang. Menurut Erick, fasilitas baru ini tidak hanya mencakup infrastruktur ekonomi saja. Tapi juga destinasi wisata berkelanjutan bertaraf internasional.
“Sehingga mampu mendorong kebangkitan ekosistem pariwisata dan perekonomian di Indonesia,” ujarnya.
Bali Beach Convention berkapasitas 5.000 orang yang memiliki pemandangan langsung ke area pantai. Convention center ini juga jadi salah satu yang terbesar di Bali.
Berbarengan dengan itu juga dilakukan groundbreaking pembangunan Alster Lake Clinic.
Pj. Gubernur Bali SM. Mahendra Jaya mengatakan, fasilitas yang telah diresmikan itu diharapkan mampu menyerap tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di Bali.
“Tahun 2024 ini telah dicanangkan kunjungan wisatawan asing sebanyak 7 juta orang. Bali sendiri akan jadi tuan rumah KTT world water forum yang dihadiri 17 ribu orang,” kata Mahendra Jaya.
Di sisi lain, Bali juga menyiapkan sejumlah infrastruktur untuk mengatasi kemacetan. Terutama, akses menuju bandara atau sebaliknya dari bandara I Gusti Ngurah Rai.
“Pemerintah pusat dan pemerintah daerah, akan membangun subway pariwisata dari bandara I Gusti Ngurah Rai menuju central parkir Kuta, kemudian ke Seminyak, dan Canggu,” jelas Mahendra Jaya.
KEK Sanur ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2022. Inisiatif itu memanfaatkan potensi wisata Sanur untuk dijadikan destinasi pariwisata kesehatan.
Ditargetkan, di tahun 2045 ada penghematan potensi devisa mencapai Rp 86 triliun, dengan penambahan devisa hingga Rp 19,6 triliun. (Way)