KORANJURI.COM – Puluhan peserta yang merupakan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) SMPN 13 Purworejo, mengikuti Diklat Penulisan Artikel Populer, Sabtu (30/11/2024).
Menghadirkan narasumber Tukijo, S.Pd., M.Pd., guru bahasa Jawa SMPN 17 Kota Semarang, trainer, penulis buku teks dan non teks serta aktif menulis di berbagai media massa, Diklat dibuka oleh Kepala SMPN 13 Purworejo Achmad Yulianto, S.Pd.
Achmad Yulianto pada kesempatan tersebut menyampaikan, bahwa Diklat Penulisan Artikel Populer digelar, dilatarbelakangi adanya catatan pada Raport Pendidikan SMPN 13 Purworejo.
“Bahwa di SMPN 13 Purworejo itu literasinya masih kurang di bidang pemahaman informasi, baik itu informasi teks secara implisit maupun eksplisit, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Terutama dalam membuat pemahaman sederhana dari sebuah literasi teks,” ujar Yulianto.
Dan rekomendasi yang ada pada Raport Pendidikan, supaya ada peningkatan pemahaman informasi, baik implisit maupun eksplisit. Terutama untuk membuat informasi, kesimpulan. Pihaknya membuat kegiatan ini dalam rangka untuk pembenahan rekomendasi penggunaan dari raport pendidikan.
Para GTK dilatih untuk menulis sebuah artikel yang sederhana berupa artikel populer. Menurut Yulianto, jika seseorang mau menulis, pastilah akan membaca. Tidak akan ada menulis tanpa membaca karena akan mencari sumber rujukan dan harus memahami apa yang dibacanya.
“Dengan demikian harapannya bapak ibu guru dengan hasil pelatihan ini akan mentransfer ke siswa. Sehingga nantinya siswa akan bisa cepat memahami suatu teks bacaan baik secara eksplisit maupun implisit,” terang Yulianto saat membuka pelatihan.
Narasumber Tukijo dalam paparannya menyampaikan materi terkait dengan peningkatan literasi guru. Dimana pada ANBK, literasi ada dua, yaitu literasi teks informasi dan literasi sastra.
“Tapi kita fokus ke menulis artikel sebagai eksplore ide, gagasan dari guru, bisa berupa ide gagasan ataupun praktik baik pembelajaran. Dalam pelatihan ini diawali dengan teori yang dilanjutkan dengan praktek,” kata Tukijo di sela kegiatan.
Para peserta, terang Tukijo, diberikan pemahaman atau pengertian dari artikel ciri-ciri selingkung artikel, kemudian bagaimana menuliskan kutipan pada artikel sebagai pendukung bahwa itu untuk karya-karya yang faktual, bukan karya sastra atau imajinatif serta ke ejaan dari penyuntingan.
Di akhir sesi pelatihan, Tukijo berharap, paling tidak nantinya ada produk. Untuk penyempurnaan, nanti bisa dilakukan komunikasi lagi. Paling tidak peserta paham itu kemudian mencoba menggali ide, menyusun judul, kerangka dan menuangkannya dalam bentuk paragraf .
“Dan harus dicoba untuk dipraktekkan. Menulis jika tidak dipraktekkan seperti angan-angan saja. Dan untuk bisa menulis juga harus sering berlatih,” pungkas Tukijo. (Jon)