KORANJURI.COM – Kawasan Nusa Penida digadang-gadang menjadi pulau dengan dengan 100 persen energi terbarukan pada 2030. Dengan mengoptimalkan sumber energi di pulau tersebut, kepulauan Nusa Penida akan mandiri energi.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, kebutuhan energi yang nantinya akan dicukupi sendiri akan memberikan banyak keuntungan.
“Dengan energi terbarukan tidak saja membuat Nusa Penida lebih bersih tapi harga produksi listrik bisa lebih murah 35-45 persen dan ada manfaat ekonomi masyarakat yang berasal dari penciptaan usaha untuk memasok kebutuhan bahan bakar untuk pembangkit listrik biomassa,” kata Fabby di Denpasar, Rabu, 21 Februari 2024.
Potensi Pulau Nusa Penida yang dapat dikembangkan untuk mendukung mandiri energi adalah, tenaga surya yang mencapai 32 gigawatt, biodiesel yang bersumber dari tanaman rumput lau.
Selanjutnya, bahan bakar biomassa dari tanaman gamal, tenaga angin, gelombang/arus laut, dan seawater pumped hydro energy storage (PHES).
“Di Nusa Penida sendiri sudah dilakukan kajian dengan potensi sumber energi terbarukan yang sangat besar. Bahkan, bisa menggantikan semua kebutuhan listrik ke depan. Salah satunya potensi PLTS di bangun di tanah dan dibangun di atap,” kata Fabby.
Dalam konteks pariwisata, menurut Fabby, Bali punya ikon baru sebuah pulau dengan sumber energi baru yang lebih bersih dan berkelanjutan.
“Jadi ini bukan sekedar energi terbarukan tapi harus ada dampak langsung yang dirasakan dan nilai tambah untuk pariwisata Bali,” jelasnya.
Satya Kumara dari Centre of Excellence Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana Bali mengatakan, 100 persen energi terbarukan di Nusa Penida menjadi strategi untuk mengejar target Bali menuju net zero emission (NZE) pada 2045.
“Upaya untuk mewujudkan transisi energi berbasi fosil menuju energi bersih. Jadi, apa yang bisa kita gali di daerah untuk memenuhi kebutuhan listrik kita di masa depan,” kata Satya.
Pemprov Bali pada Agustus 2023 mendeklarasikan Nusa Penida menjadi pulau dengan 100 persen menggunakan energi terbarukan pada 2030.
Pemprov Bali menggandeng mitra non-pemerintah yang tergabung dalam Koalisi Bali Emisi Nol Bersih yang terdiri dari Institute for Essential Services Reform, WRI Indonesia, New Energy Nexus Indonesia, dan CAST Foundation. (Way)