KORANJURI.COM – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan Pemkab Purworejo menggelar Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) di Aula Kecamatan Grabag.
Kegiatan yang mengusung tema “10 Tahun SLG: Membangun Budaya Sadar, Siaga dan Selamat dalam Menghadapi Gempabumi dan Tsunami” ini menjadi respons konkret terhadap potensi bencana yang mengintai pesisir selatan Jawa.
Diikuti oleh 55 peserta, terdiri dari masyarakat dan berbagai stakeholder terkait, digelarnya SLG, dengan maksud dan tujuan utama untuk Penguatan UPT BMKG dan BPBD, serta para stakeholder dalam memahami Rantai Peringatan Dini Gempabumi dan Tsunami.
Hery Susanto Wibowo, S.Kom., M.Si., Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Banjarnegara selaku Ketua Panitia Kegiatan berharap, agar para peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan sungguh-sungguh, serta dapat menularkan ilmu yang didapat untuk menjadi inisiator dalam upaya mitigasi bencana di lingkungan masing-masing, demi mewujudkan Purworejo yang tangguh bencana.
“Kegiatan SLG dimulai dengan acara pembukaan, kegiatan paparan, kegiatan TTX( Table Top Exercise), susur jalur evakuasi serta penyusunan rekomendasi dan tindak lanjut,” jelas Hery dalam laporannya.
Kalak BPBD Kabupaten Purworejo Wasit Diono, S.Sos., yang hadir mewakili Bupati menekankan pentingnya latihan kesiapsiagaan.
“Kabupaten Purworejo memiliki potensi bencana gempabumi dan tsunami yang cukup tinggi. Kita tidak perlu takut berlebihan, tetapi justru harus menyikapi fakta ini dengan meningkatkan upaya pengurangan dampak bencana melalui kesiapsiagaan,” ujarnya.
Ia berharap kegiatan ini dapat membuat Pemerintah dan masyarakat, khususnya yang berada di Kawasan Infrastruktur Kritis dan Pariwisata, lebih siap saat bencana benar-benar terjadi, serta menjaga keberlangsungan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan bersama.
Secara seremoni, kegiatan SLG ini dibuka oleh oleh Komisi V DPR RI, Sofwan Dedy Ardyanto dengan pemukulan gong. Dia berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap upaya mitigasi gempabumi dan tsunami.
Sofwan menyebut, bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan kegiatan SLG adalah, masyarakat dan SKPD terkait menjadi lebih paham mengenai gempabumi dan tsunami, masyarakat dan SKPD terkait mengetahui langkah-langkah evakuasi yang tepat saat bencana terjadi.
“Tujuan akhirnya adalah meminimalisir korban jiwa akibat gempabumi dan tsunami,” terang Sofwan.
Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, S.Si, M.Si., yang juga hadir dalam pembukaan SLG menegaskan urgensi kegiatan ini.
Ia menjelaskan bahwa Purworejo berada di wilayah yang sangat rawan karena berhadapan langsung dengan zona megathrust di selatan Jawa, yang berpotensi menghasilkan gempa hingga M 9,1.
“Pemodelan memperkirakan gelombang tsunami dapat mencapai 10–15 meter di Desa Patutrejo, dengan waktu tiba sekitar 30 menit di pesisir. Fakta kerawanan ini menyadarkan kita bahwa upaya mitigasi tidak boleh surut dan tidak boleh lengah,” tegas Daryono.
Ia menambahkan, melalui Sekolah Lapang ini, BMKG bertekad mewujudkan “zero victims” (nol korban jiwa) yang hanya mungkin dicapai melalui pembangunan budaya siaga bencana secara bersama-sama dan sinergi Pentahelix (Pemerintah, Akademisi, Dunia Usaha, Masyarakat, dan Media). (Jon)