KORANJURI.COM – Kegiatan di hari terakhir pelaksanaan AEZ 2024 (Automotive Educative Zone) yang digelar Prodi PTO (Pendidikan Teknik Otomotif) dan Himato UMPWR (Himpunan Mahasiswa Teknik Otomotif Universitas Muhammadiyah Purworejo), Minggu (08/12/2024), diisi dengan Motor Contest.
Sebanyak 75 peserta mengikuti Motor Contest ini, yang mempertandingkan 7 kelas, yakni 2 dan 4 tak restorasi fashion sport, 2 dan 4 tak restorasi nom sport, CB-GL-Mega Pro dan Tiger Daily Use, mahasiswa/pelajar, Pure Daily Style, Sunmory Style, dan fashion lokal plat AA-AB.
Ketua Himato UMPWR Wahyu Aziz Fitriyanto menyebut, dibanding tahun lalu di event yang sama, dari segi peserta relatif sama yakni 75. Para peserta ini dari lokal Purworejo, Banyumas, Cilacap, Magelang, Surakarta, Solo hingga Surabaya.
“Untuk juri dari Oto Trend yakni Wahyu Twins dan Agus Jpunk. Dari setiap kategori diambil juara 1, 2, dan 3. Para juara akan mendapatkan hadiah berupa trophy, piagam dan uang pembinaan,” jelas Wahyu Aziz, di sela kegiatan.
Di event ini juga ada penganugerahan untuk Best Nominasi The Best Modifikator Participant, The Furtherest Moto, The Simpliest Modify Matic, The Simpliest Modify Non Matic, The Best AEZ Official Pic.
Tujuan diadakannya Motor Contest di event AEZ, menurut Wahyu Aziz, memperkenalkan keberadaan Prodi PTO di UMPWR. Juga, bahwa di UMPWR punya wadah untuk anak-anak dalam menyalurkan hobinya di bidang otomotif motor.
“Event ini menjadi wadah untuk warga Purworejo dan sekitarnya bagi kita sebagai generasi otomotif yang akan datang,” kata Wahyu Aziz.
Disampaikan, bahwa Prodi PTO, dengan gelar S.Pd., lebih unggul dibanding prodi-prodi lain. Pasca lulus juga dibantu penyaluran kerja.
Salah satu juri, Agus Jpunk, yang baru pertama jadi juri di AEZ menyampaikan, bahwa dilihat dari peserta yang ada, untuk area Purworejo dan Jogja, modifnya sudah bagus-bagus secara kwalitas, dibanding daerah lainnya.
“Karena sifatnya kontes mereka sudah paham apa yang diinginkan. Karena dalam kontes itu modifikasinya harus sesuai regulasi. Misal, kelasnya Sunmory tentu beda dengan motor harian biasa. Kelasnya CB harian tentunya beda dengan CB touring,” terang Agus Jpunk.
Beda kelas atau kategori, menurut Agus Jpunk, penilaiannya beda-beda. Misal kelas Sunmory, reading Minggu lagi, kesannya harus safety riding, segala kelengkapan kendaraan harus ada, ada sedikit yang menarik dari modifnya, misal catnya pakai efek, asesorisnya bisa pakai yang premium.
Beda juga dengan yang kelas Restorasi. Dalam restorasi speknya mengembalikan motor ke seperti standarnya. Kalau pada restorasi fashion ada kebebasan untuk menggunakan variasi.
“Secara inti, meski tiap kelas beda penilaian, namun penilaian meliputi kesesuaian tema dan konsep, dari tampilan luar apakah memakai cat, air brush atau efek, tata letak/pemasangan, finishing. Secara umum, dari kesesuaian universal pakemnya bagaimana,” ungkap Agus Jpunk.
Dengan adanya event sekelas mahasiswa ini, sebut Agus Jpunk, pihaknya selalu mendukung. Karena ini tidak hanya sekedar Event tapi melatih mahasiswa untuk mengembangkan skill dalam berkomunikasi.
“Dalam event ini mereka bertemu orang dan mencari sponsor. ITu kan membantu skill di luar akademik,” pungkas Agus Jpunk. (Jon)