KORANJURI.COM – Pengurus Daerah Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Provinsi Bali menggelar doa bersama untuk keselamatan bangsa menjelang Pilkada Serentak 2024.
Doa bersama yang digelar organisasi sayap PDIP itu, menghadirkan seluruh tokoh lintas agama yang ada di Bali.
Ketua panitia Ivana Bunga Wahyuni mengatakan, Pilkada setengah tahun ini jadi momen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pesta demokrasi itu tidak hanya menentukan pemimpin daerah tapi juga mencerminkan kematangan dan kedewasaan politik suatu bangsa.
“Agar Pilkada berjalan dengan baik dan menghasilkan pemimpin yang berkualitas, maka semua elemen penting mengambil peran untuk mewujudkan Pilkada damai,” kata Bunga.
Menurutnya, perbedaan pandangan menjadi tantangan yang harus dijawab. Di tengah heterogen dan identitas pulau Bali sebagai pulau pariwisata, kerukunan antar umat jadi penentu keamanan.
“Kami beserta para pemuka agama di sini mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap menjaga kedamaian,” ujar Bunga.
Sekretaris Dewan Penasehat Bamusi Bali, Nyoman Gde Sudiantara atau Ponglik menambahkan, doa bersama lintas agama akan memberikan pengaruh positif.
“Pemuka agama diharapkan mampu menjadi perekat umat dan mendatangkan kesejukan di tengah kontestasi politik yang sedang berlangsung,” kata Ponglik.
Menurutnya, setiap pribadi punya tanggung jawab yang sama untuk menyebarkan pesan kedamaian.
Dalam konteks persaingan politik, fenomena konten manipulatif yang direkayasa cenderung meningkat menjelang pelaksanaan Pemilu.
“Masyarakat diharapkan lebih teliti dalam memilah dan memilih informasi. Verifikasi terlebih dulu, intinya saring sebelum sharing,” katanya.
Sementara, Ketua PHDI Provinsi Bali I Nyoman Kenak mengatakan, doa lintas agama ini digelar untuk kesuksesan Pemilukada 2024 mendatang. Berkaca pada momen Pilpres sebelumnya, kondisi di tengah-tengah masyarakat memanas karena perbedaan pilihan.
“Semoga Bali bisa tetap rukun dan damai meskipun berbeda pilihan,” kata Nyoman Kenak.
Adapun tokoh agama yang hadir adalah, I Nyoman Kenak (Hindu), Ws. Adinatha (Konghucu), Pandita Sutikro Gunawan (Budha), Noflin Ester Sarapong (Kristen), Rd. Yustinus Kurniawan Karwayu (Katholik) dan H Mudzakkir (Islam). (*)