Bersama Tim Penelitian, Dosen UMPWR Kembangkan Bahan Ajar Berbasis PJBL Bermuatan Kearifan Lokal

oleh
Bersama tim penelitian, dosen UMPWR kembangkan bahan ajar berbasis PJBL bermuatan kearifan lokal - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Dosen PGSD UMPWR (Universitas Muhammadiyah Purworejo), Muhammad Ferdian dan Nur Ngazizah bersama mahasiswa tim penelitian LPPM melakukan pengembangan bahan ajar dengan melaksanakan uji coba bahan ajar di SD Muhammadiyah 1 Purworejo pada Jum’at (09/05/2025).

Penelitian yang dilakukan berjudul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Project Based Learning (PjBL) dan Kearifan Lokal pada Materi Fotosintesis Kelas IV Sekolah Dasar. Bahan ajar yang dikembangkan terdiri dari 3 yaitu modul ajar, multimedia interaktif, dan lembar kerja peserta didik (LKPD). Bahan ajar dibuat dengan basis model pembelajaran PjBL.

Hal ini, menurut Nur Ngazizah, bertujuan untuk melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan membantu peserta didik untuk terlatih dalam berkomunikasi dan bekerjasama.

“Kearifan lokal turut diintegrasikan dengan bahan ajar supaya materi fotosintesis terasa semakin dekat kehidupan nyata peserta didik,” jelas Nur Ngazizah, Rabu (21/04/2025).

Modul ajar, menurut Nur Ngazizah, adalah perangkat pembelajaran yang berisi tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran sebagai panduan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran di dalam kelas.

Langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan siktaks PjBL yaitu 1)menentukan pertanyaan mendasar, 2)membuat perencanaan proyek, 3)menyusun jadwal, 4)memonitor kemajuan proyek, 5)penilaian proyek, 6)evaluasi belajar.

Modul ajar didesain dengan aplikasi canva lalu dipindahkan ke flipbook. Multimedia adalah terdiri dari kombinasi beberapa media untuk menyampaikan infomasi. Multimedia terdiri dari teks, gambar/ilustrasi, audio, dan video.

Dikatakan, penjelasan materi pada multimedia dengan teks dilengkapi ilustrasi, terdapat juga video pembelajaran yang berisi ilustrasi proses fotosintesis. Multimedia didesain dengan canva lalu dipindah ke power point untuk menambahkan animasi. Pada akhir multimedia terdapat kuis interaktif yang dapat dikerjakan peserta didik.

“Sementara itu lembar kerja peserta didik (LKPD) berisi langkah-langkah yang harus dikerjakan peserta didik untuk eksperimen,” ujar Nur Ngazizah, didampingi Muhammad Ferdian.

Produk bahan ajar yang telah selesai dibuat selanjutnya divalidasi oleh pakar. Lembar validasi terdiri dari beberapa indikator seperti materi, aspek bahasa, dan visualisasi. Hasil validasi menunjukan bahwa bahan ajar sangat layak digunakan.

Terdapat beberapa catatan dari pakar untuk perbaikan bahan ajar. Perbaikan tersebut yaitu pada video pembelajaran yang tidak bisa diputar dan pada tombol-tombol navigasi di multimedia. Peneliti melakukan revisi dan perbaikan berdasarkan pada catatan dari pakar.

“Setelah diperbaiki/direvisi mahasiswa lalu melakukan uji coba pada kelas IV Usain bin Hudair SD Muhammadiyah 1 Purworejo yang berjumlah 16 siswa. Sebelum uji coba, peneliti melakukan persiapan dengan membuat angket respon siswa, angket respon guru, lembar keterlaksanaan pembelajaran, beserta soal pre-test dan post-test,” kata Muhammad Ferdian menambahkan.

Kegiatan ini, ungkap Muhammad Ferdian, dimulai pukul 09.00 hingga 10.45 WIB, dengan melibatkan 16 peserta didik yang dibagi ke dalam tiga kelompok. Produk yang diuji meliputi modul ajar, multimedia interaktif, dan lembar kerja peserta didik (LKPD). Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, setiap peserta didik diberikan soal pre-test untuk mengukur pemahaman awal mereka terhadap konsep fotosintesis.

Selanjutnya, proses pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan PjBL, menggunakan produk multimedia interaktif berupa presentasi PowerPoint yang telah dilengkapi tombol navigasi serta video animasi yang menjelaskan proses fotosintesis. Setiap kelompok didampingi oleh satu anggota tim peneliti yang memandu kegiatan pembelajaran menggunakan perangkat laptop masing-masing.

“Multimedia tersebut tidak hanya menyajikan teks dan gambar, tetapi juga menjelaskan proses fotosintesis secara visual dan interaktif, termasuk penjelasan mengenai peran klorofil, cahaya matahari, dan proses pembentukan oksigen dan glukosa,” ujar Muhammad Ferdian.

Materi dalam multimedia juga mengangkat fakta bahwa fotosintesis tidak hanya terjadi di daun, tetapi di semua bagian tumbuhan yang mengandung kloroplas, serta menjelaskan bahwa cahaya buatan seperti lampu LED juga dapat mendukung proses ini.

Setelah penyampaian materi melalui multimedia interaktif, kegiatan dilanjutkan dengan eksperimen sederhana menggunakan tanaman cabai. Setiap kelompok menerima 2 tanaman yang telah dilengkapi dengan plastik pelindung. Kemudian tanaman A diletakkan di bawah sinar matahari dan tanaman B diletakkan di dalam ruangan lalu para peserta didik mengamati proses fotosintesis secara langsung.

Hasil pengamatan selama eksperimen dicatat oleh peserta didik dalam LKPD yang telah disiapkan. LKPD ini berisi panduan langkah-langkah eksperimen serta pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan merefleksikan hasil percobaan.

“Hasil dari post-test menunjukkan adanya peningkatan signifikan pemahaman peserta didik terhadap konsep fotosintesis,” sebut Nur Ngazizah.

Berdasarkan analisis data, skor rata-rata peserta didik meningkat dibandingkan hasil pre-test. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar berbasis Project Based Learning (PjBL) dan kearifan lokal mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran, khususnya dalam memahami konsep ilmiah secara kontekstual dan aplikatif.
Respon dari peserta didik terhadap bahan ajar juga sangat positif.

Berdasarkan hasil angket yang diberikan setelah pembelajaran, sebagian besar siswa menyatakan bahwa mereka merasa lebih mudah memahami materi fotosintesis karena adanya visualisasi melalui multimedia, serta keterlibatan aktif dalam eksperimen langsung.

“Mereka juga menyatakan bahwa pembelajaran terasa menyenangkan dan menantang karena diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dan menarik kesimpulan dari hasil pengamatan mereka,” terang Nur Ngazizah.

Dari sisi guru, hasil angket menunjukkan bahwa guru sangat mengapresiasi bahan ajar yang dikembangkan karena dianggap mampu mengakomodasi kebutuhan pembelajaran abad ke-21, seperti berpikir kritis, kolaborasi, kreativitas, dan komunikasi. Guru mencatat bahwa ada perbaikan pada desain media pembelajaran untuk membuatnya lebuh mudah digunakan dan dipahami peserta didik.

Nur Ngazizah menyebutkan, ada juga saran yang disampaikan bahwa penelitian ini dapat diperluas dengan menambahkan variabel lain yang mempengaruhi efektivitas media pembelajaran dan memperbaiki kesesuaian media pembelajaran dengan materi pelajaran. Dengan adanya komponen evaluasi reflektif setelah pembelajaran peserta didik dapat menuliskan pengalaman belajarnya secara lebih mendalam.

Pada evaluasi dan refleksi ini peneliti dapat mengetahui pemahaman peserta didik pada materi fotosintesis.
Penggunaan kearifan lokal juga menjadi nilai tambah tersendiri. Misalnya, dalam eksperimen yang dilakukan, peserta didik dikenalkan dengan tumbuhan cabai yang dimana tumbuhan tersebut berada disekitar mereka dan pentingnya cahaya matahari dalam proses tumbuh kembang tanaman.

Hal ini membuat siswa lebih menghargai alam sekitar dan proses alami yang terjadi di lingkungan mereka sehari-hari. Keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan kehidupan nyata inilah yang menjadi kekuatan utama dalam bahan ajar yang dikembangkan.

Sebagai tahap akhir, peserta didik mengerjakan post-test yang bertujuan untuk mengukur peningkatan pemahaman setelah mengikuti rangkaian kegiatan. Mereka juga mengisi angket siswa sebagai bentuk umpan balik terhadap proses pembelajaran dan produk bahan ajar yang digunakan.

Sementara itu, guru wali kelas turut terlibat dalam proses pengamatan dan penilaian terhadap keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan modul ajar yang dikembangkan. Dengan demikian, diharapkan bahan ajar ini dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran tematik sains berbasis proyek yang efektif, kontekstual, dan berakar pada kearifan lokal.

Secara keseluruhan, menurut Nur Ngazizah, kegiatan uji coba ini memberikan gambaran yang komprehensif mengenai efektivitas dan daya guna bahan ajar berbasis PjBL dan kearifan lokal dalam pembelajaran sains, khususnya materi fotosintesis.

Bahan ajar ini tidak hanya membantu siswa memahami materi secara konseptual, tetapi juga menanamkan sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, ketelitian, dan kemampuan menyimpulkan hasil percobaan.

“Penelitian ini mendapatkan dana hibah dari LPPM UMPWR. Semoga penelitian yang dilakukan dapat menjadi alternatif untuk menurunkan dan mengurangi miskonsepsi pada materi fotosintesis di Sekolah Dasar dan juga membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna,” pungkas Nur Ngazizah. (Jon)