Healing di Toya Ubud Bakal Mengubah Cara Anda Menikmati Liburan

oleh
Toya Ubud berdiri di atas lahan 4 hektar di Desa Kenderan, Gianyar, Bali. Destinasi wisata ini mengusung konsep eco tourism dengan menggabungkan alam, budaya dan tradisi masyarakat lokal - foto: dok. Toya Ubud

KORANJURI.COM – Kental dengan budaya, tradisi dan alam, destinasi baru di kawasan Ubud ini siap menghadirkan pengalaman bagi wisatawan yang ingin mencari ketenangan dan inspirasi.

Toya Ubud, destinasi wisata baru ini menjadi bagian dari Toya Devasya di Kintamani, Kabupaten Bangli. Luas areanya 4 hektar berdekatan dengan air terjun Manuaba.

Air terjun ini menjadi salah satu yang terkenal yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Aliran airnya membentuk sungai yang mengaliri sisi kanan dan kiri Toya Ubud, menciptakan suasana alami yang menenangkan.

Pemilik Toya Ubud I Ketut Mardjana mengatakan, Toya Ubud dibangun dengan menggandeng sumber daya lokal yang ada di masyarakat.

“Kami ingin pengunjung memperoleh inspirasi setelah berkunjung ke Toya Ubud. Di sini, alam terjaga selaras dengan tradisi, dan setiap detail menyampaikan kisah yang bermakna,” kata Ketut Marjana, Senin, 17 Januari 2025.

Lokasinya berada dekat dengan Pura Griya Sakti Manuaba, sebuah pura suci yang telah berdiri sejak abad ke-17 dan menjadi tempat pemujaan bagi umat Hindu Bali.

Pura ini menjadi pusat religius bagi Trah Manuaba, anak-cucu keturunan Brahmana Manuaba yang memiliki peran penting dalam membentuk sejarah dan legenda di Desa Kenderan.

Dengan lanskap yang dihiasi air terjun, sungai, serta persawahan hijau yang membentang luas, Toya Ubud secara alami menghadirkan suasana healing bagi para wisatawan.

Nuansa spiritual dan budaya yang kental semakin memperkuat Toya Ubud sebagai tempat yang ideal untuk meresapi ketenangan, dan menemukan inspirasi.

“Karena itulah kami memilih slogan Toya Ubud, The Inspiration. Di sini ada Taman Inspirasi, sebuah area khusus dengan patung-patung yang membawa cerita legendarisnya masing-masing,” kata Marjana.

“Taman ini menjadi ruang kontemplatif yang memberikan wawasan mengenai sejarah dan kearifan lokal Desa Kenderan,” tambahnya.

Ketut Marjana mengatakan, keberadaan Toya Ubud diharapkan memberikan multiplier effect untuk UMKM di sekitarnya. Pemberdayaan potensi lokal juga terlihat dari keterlibatan masyarakat di Toya Ubud.

“Baru awal buka, kami sudah punya pegawai 42 orang, 98 persennya orang lokal. Komitmen kami bagaimana bagaimana mengembangkan usaha dengan tetap melibatkan masyarakat di sekitar Desa Kenderan,” jelas I Ketut Marjana. (Way)