Gandeng STIKes Pemkab Purworejo, RSUD Tjokronegoro Gelar IHT 3S

oleh
Foto bersama dalam kegiatan IHT tentang 3S di RSUD RAA Tjokronegoro, Rabu (23/04/2025), bekerjasama dengan STIKes Pemkab Purworejo - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Bekerjasama dengan STIKes Pemkab Purworejo, RSUD RAA Tjokronegoro Purworejo menggelar kegiatan IHT (In House Training), Rabu (23/04/2025).

Diikuti oleh 53 perwakilan perawat, IHT menghadirkan narasumber Nova Ari Pangesti, S.Kep.,Ns. M.Kep., dari STIKes Pemkab Purworejo dan Dr Titi Nuriyah dari Yogyakarta.

Secara seremoni, IHT dibuka oleh Direktur RSUD RAA Tjokronegoro dr. Dony Prihartanto, M.P.H. Dia berharap, setelah mengikuti kegiatan IHT ini, pelayanan asuhan keperawatan di RS yang dipimpinnya menjadi lebih baik lagi.

Dalam pembukaan IHT juga hadir Ketua STIKes Pemkab Purworejo Wahidin, S.Kep., Ns., M.Kep., Ph.D. Menurutnya, adanya IHT ini sebagai bentuk hubungan kerjasama yang baik selama ini antara kedua belah pihak.

“Harapannya apa yang menjadi maksud dan tujuan dari para perawat di RSUD Tjokronegoro ini bisa tercapai dan pelayanan yang diberikan lebih paripurna,” kata Wahidin.

Wahyu Handoko, S.Kep., Ns., Ketua Komite Keperawatan RSUD RAA Tjokronegoro Purworejo menambahkan, dalam IHT ini dari narasumber memaparkan tentang 3S, yang merupakan tiga standar kerangka kerja utama dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan efektif.

“3S ini meliputi SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia),” jelas Wahyu Handoko di sela kegiatan.

Dikatakan, dari beberapa regulasi yang sudah ditentukan, sebelum terbitnya UU no 17 tahun 2023 tentang kesehatan, memang semua pelayanan harus berdasarkan standar profesi dan standar pelayanan, termasuk standar operasional prosedur (SOP).

Dari isi 3S, kata Wahyu Handoko, juga mengadopsi NANDA Nic Noc (Nursing Diagnosis Association) sekitar 80 persen, namun sudah disesuaikan dengan keadaan di Indonesia.

“Harapan kami perawat di RSUD Tjokronegoro bisa mengimplementasikan apa sudah yang menjadi ketentuan dan dibakukan PPNI,” terang Wahyu Handoko.

Karena di era ERM (Eletronik Rekam Medis) ini, menurut Wahyu Handoko, pihaknya sekarang dituntut menggunakan SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit). Jadi kwalitas dokumentasi keperawatan menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.

Dari peserta yang mengikuti IHT ini, diharapkan oleh Wahyu Handoko, mereka bisa menyampaikan ke teman-teman perawat lainnya. Berlandaskan 3S, perawat-perawat di RSUD Tjokronegoro diharapkan memiliki persepsi yang sama dalam pelayanan asuhan keperawatan.

“Juga mampu mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan,” pungkas Wahyu Handoko. (Jon)