“Kaki agak panjang, kuat dan lurus jika dilihat dari depan atau belakang. Makin panjang bulu ekor makin bagus bentuknya. Meski habitatnya di daerah dingin seperti disini, tapi anjing gombrong mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar, bahkan di daerah panas sekalipun,” terang Wayan Nawa.
Menurut Nawa, saat ini, perkembangbiakkan anjing Kintamani di dusunnya ada dua jenis, secara alamiah dan diternakkan oleh warga. Dikatakan lagi, perkembangbiakkan alami berlaku untuk anjing-anjing yang dipiara secara pribadi di rumah-rumah.
Kemudian, terjadi perkawinan dengan anjing lainnya dan menghasilkan anak. Sedangkan, yang dalam penangkaran, berarti warga secara sengaja memuliabiakkan dalam satu kandang khusus.
“Disini ada beberapa kelompok pemuliabiak anjing Kintamani. Tapi diluar itu, hampir semua warga juga memelihara untuk menjaga rumah. Paling tidak satu keluarga piara dua ekor,” terang Wayan Nawa.

Di dusun Sukawana sendiri juga terdapat organisasi bernama Himpunan Anjing Kintamani yang kini beranggotakan lebih dari 60 orang. Dari himpunan itulah, masing-masing anggota punya peran dan tugas untuk memuliabiakkan anjing Kintamani secara terorganisir dengan melihat keturunan yang dianggap unggul.
Selain terkenal dengan keeksotisan bulunya, anjing Kintamani juga dikenal sebagai anjing penjaga atau guardian dog yang cukup handal.
I Wayan Nawa mengatakan, warga desa Sukawana yang kebanyakan berprofesi sebagai peladang, memanfaatkan kemampuan anjing gombrong ketika sedang melakukan aktifitasnya di ladang.





