Pelatihan Kreatif Bahasa Inggris: Anak SDN Plempukan di Kebumen Belajar Ecoprint Sambil Asah Kosakata

oleh
Siswa-siswi kelas 4 SDN Plempukan, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen menunjukkan hasil karyanya dalam kegiatan Pelatihan Kreatif Bahasa Inggris: Membuat Tote Bag Ecoprint - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Sebanyak 18 siswa kelas 4 SD Negeri Plempukan, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, antusias mengikuti kegiatan Pelatihan Kreatif Bahasa Inggris: Membuat Tote Bag Ecoprint pada Jumat (27/02/2025) lalu.

Kegiatan ini merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat yang diprakarsai oleh tim dosen dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMPWR) dengan narasumber utama Basuki, M.Pd., serta melibatkan mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (HIMA PBI) sebagai pendamping praktik.

Basuki, M.Pd., Dosen Pendidikan Bahasa Inggris UMPWR menjelaskan, program tersebut bertujuan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan melalui integrasi pembelajaran seni dan bahasa Inggris.

“Anak-anak diajak untuk mengenal teknik Ecoprint, yaitu mencetak motif alami dari daun ke kain tote bag menggunakan pewarna ramah lingkungan,” ujar Basuki, Selasa (06/05/2025).

Mereka, kata Basuki, sambil belajar kosakata bahasa Inggris secara kontekstual. Kata-kata seperti leaf (daun), color (warna), dan pattern (pola) diperkenalkan dan digunakan langsung oleh siswa dalam aktivitas mereka.

Kegiatan ini menurut Basuki, dilaksanakan melalui tiga tahap utama: persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Pada tahap awal, tim dosen dan mahasiswa menyesuaikan modul pelatihan dengan tingkat pemahaman siswa serta menyiapkan bahan-bahan Ecoprint seperti kain tote bag, daun, pewarna alami, dan perlengkapan penunjang lainnya.

Saat pelaksanaan, siswa dikenalkan pada konsep Ecoprint dan kosakata bahasa Inggris terkait, lalu mempraktikkan teknik tersebut secara langsung di bawah bimbingan fasilitator dari HIMA PBI.

“Evaluasi dilakukan dengan menilai hasil karya siswa dan mengadakan sesi refleksi bersama untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi,” terang Basuki.

Selain mengembangkan keterampilan seni, sebut Basuki, kegiatan ini juga berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris bagi siswa.

Melalui pelatihan ini, para siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga merasakan pengalaman belajar yang kreatif, menyenangkan, dan bermakna.

“Diharapkan kegiatan semacam ini dapat menjadi model pendekatan pembelajaran kontekstual yang bisa diterapkan di sekolah dasar lainnya, guna meningkatkan literasi bahasa Inggris sekaligus mendorong pengembangan potensi siswa sejak dini,” pungkas Basuki. (Jon)